Kejadian ini terjadi dua minggu yang lalu. Saya tidak menyangka bila hari itu merupakan hari yang tidak terlupakan dalam hidup saya. Malam Minggu itu saya dan pacar saya “susi” keluar untuk menghabiskan waktu bersama. Kali ini saya memboncengnya dengan motor yang baru saja saya ambil dari dealer. Ya, walaupun motor kredit yang penting saya bisa membahagiakannya. Malam itu tidak ada firasat apa-apa semua berjalan biasa saja tapi entah mengapa malam itu saya melihat susi lebih cantik daripada biasanya.
Sampai kejadian yang paling menyedihkan itu datang dalam hidup saya. Musibah itu datang tanpa di undang, tanpa berbicara, semuanya berlangsung begitu cepat. Saya tidak ingat di mana waktu itu, ketika kami sedang dalam perjalanan, tiba-tiba motor dari belakang menyonggel motor saya. Saya pun kehilangan keseimbangan, jatuh dan akhirnya terlempar ke sebuah Truk. Setelah itu saya tidak ingat apa-apa lagi. Beberapa hari kemudian saya baru sadar ada di rumah sakit. Betapa terpukul saya ketika mendapati bahwa saya telah kehilangan satu kaki saya. Saya berpikir apakah bisa berjalan di dunia ini dengan satu kaki?. Bagaimana nanti kalau susi melihat saya, apakah dia akan menerima saya yang hanya punya satu kaki. Apa ia mau berdampingan dengan orang cacat seperti saya?.
“Bu, di mana susi? Apa ia sudah datang?
“Apakah ia tahu kalau saya sudah kehilangan satu kaki?.”
“Bu, mengapa ibu diam saja”. “Susi baik-baik saja kan?”.
Tiba-tiba saja ibu menangis dan memeluk saya. lalu membisiki pelan di kuping saya, kalau susi sudah pergi untuk selamanya, dia meninggal dalam kecelakaan itu, tadi pagi jenazahnya sudah dikebumikan.
“Ibu bohong kan, susi masih hidup, dia tidak meninggal!”.
“Di mana bu, susi? Saya ingin bertemu!, saya kangen sama dia”.
“Dia sudah meninggal nak, relakan kepergiannya nak. Ini sudah takdir. Biarkanlah dia tenang disana”
“Tidak bu, dia tidak mungkin meninggal, susi janji sama saya tidak akan meninggalkan saya, tahun ini kami akan melangsungkan pernikahan bu…..“.
“Sudahlah nak, ikhlaskan kepergiaannya”.
“hiksss.hiks…hiks ….Susi, maafkan aku sayang, kalau aku tahu semua ini akan terjadi aku tak akan mengajakmu pergi”
Satu minggu kemudian saya mendapat kabar kalau saya di PHK dari pekerjaan karena perusahaan tidak memperkerjakan orang yang “cacat” seperti saya. Saya bisa memakluminya, tapi mengapa mereka begitu cepat memberhentikan saya di saat saya sedang membutuhkan uang untuk memperbaiki motor saya yang rusak berat. Dalam hati saya berpikir bahwa Allah sedang berbicara dengan saya. Mungkin selama ini saya sudah melupakanNya dan lebih sibuk dengan pacar dan pekerjaaan saya. Dan ketika semua di ambil dari saya baru saya sadar kalau semua itu hanya titipan.
“Ya Allah Maafkan aku yang selama ini menduakanMu, bukankanlah pintu maaf kepada hambamu yang selalu lupa ini.”
Karena kondisi keuangan saya yang semakin memburuk akhirnya kredit motor pun saya stop padahal belum genap satu bulan saya kredit. Saya hubungi surveyor yang memberikan kredit agar motor di tarik kembali.Tapi naas, motor itu tidak bisa ditarik karena dalam keadaan rusak parah. Padahal saya sudah memperbaikinya semampu saya dengan sisa uang hasil pesangon. Tapi memang motor itu masih butuh beberapa perbaikan lagi. Saya bingung harus bagaimana lagi sedangkan uang pesangon sudah habis. Untung bagi saya, ternyata surveyor saya bersedia membantu saya untuk memperbaiki motor itu, mungkin dia iba dengan nasib saya dan diapun bersedia untuk over kredit.
Beberapa minggu kemudian Surveyor menelpon saya dia menceritrakan sesuatu yang membuat hati saya sangat berguncang. Dia mengatakan sewaktu motor itu di taruh di garasi rumahnya, ibunya sering mendengar seorang wanita menangis. Ketika di datangi, ibunya melihat seorang wanita sedang duduk menangis di samping motor itu.
“Apakah wanita yang menangis itu susi, bukankah dia sudah tiada?”.
Setelah itu motor pun ditaruh di rumah saya, kebetulan di samping rumah saya ada majelis taklim. Kejadian yang sama pun terulang kembali, Ketika melewati rumah saya banyak orang yang melihat ada seorang wanita duduk di samping motor sambil menangis.
“Tapi mengapa saya tidak pernah melihatnya, apakah susi marah kepada saya?”.
Saya pandangi motor itu, saya masih ingat ketika pertama kali membonceng susi. Dia terlihat sangat bahagia sekali. Lalu tiba-tiba bayangan kecelakaan itu muncul kembali dalam pikiran saya. Air mataku pun jatuh tak tertahankan lagi.
Dalam hati saya berkata “Maafkan aku sayang, aku tak bisa menyelamatkanmu, aku pun tak ingin seperti ini tapi semua ini sudah menjadi takdir kita, takdir cinta kita. Tenanglah kamu di sana, di sini aku selalu mendoakanmu agar kau bahagia disana”.
Lalu bagaimana dengan motor itu sekarang? Setelah surveyor membawa motor itu kembali ke lissing. Apakah masih susi menangis di motor itu?
seperti yang di ceritakan seorang kawan kepada saya.....
“Bu, di mana susi? Apa ia sudah datang?
“Apakah ia tahu kalau saya sudah kehilangan satu kaki?.”
“Bu, mengapa ibu diam saja”. “Susi baik-baik saja kan?”.
Tiba-tiba saja ibu menangis dan memeluk saya. lalu membisiki pelan di kuping saya, kalau susi sudah pergi untuk selamanya, dia meninggal dalam kecelakaan itu, tadi pagi jenazahnya sudah dikebumikan.
“Ibu bohong kan, susi masih hidup, dia tidak meninggal!”.
“Di mana bu, susi? Saya ingin bertemu!, saya kangen sama dia”.
“Dia sudah meninggal nak, relakan kepergiannya nak. Ini sudah takdir. Biarkanlah dia tenang disana”
“Tidak bu, dia tidak mungkin meninggal, susi janji sama saya tidak akan meninggalkan saya, tahun ini kami akan melangsungkan pernikahan bu…..“.
“Sudahlah nak, ikhlaskan kepergiaannya”.
“hiksss.hiks…hiks ….Susi, maafkan aku sayang, kalau aku tahu semua ini akan terjadi aku tak akan mengajakmu pergi”
Satu minggu kemudian saya mendapat kabar kalau saya di PHK dari pekerjaan karena perusahaan tidak memperkerjakan orang yang “cacat” seperti saya. Saya bisa memakluminya, tapi mengapa mereka begitu cepat memberhentikan saya di saat saya sedang membutuhkan uang untuk memperbaiki motor saya yang rusak berat. Dalam hati saya berpikir bahwa Allah sedang berbicara dengan saya. Mungkin selama ini saya sudah melupakanNya dan lebih sibuk dengan pacar dan pekerjaaan saya. Dan ketika semua di ambil dari saya baru saya sadar kalau semua itu hanya titipan.
“Ya Allah Maafkan aku yang selama ini menduakanMu, bukankanlah pintu maaf kepada hambamu yang selalu lupa ini.”
Karena kondisi keuangan saya yang semakin memburuk akhirnya kredit motor pun saya stop padahal belum genap satu bulan saya kredit. Saya hubungi surveyor yang memberikan kredit agar motor di tarik kembali.Tapi naas, motor itu tidak bisa ditarik karena dalam keadaan rusak parah. Padahal saya sudah memperbaikinya semampu saya dengan sisa uang hasil pesangon. Tapi memang motor itu masih butuh beberapa perbaikan lagi. Saya bingung harus bagaimana lagi sedangkan uang pesangon sudah habis. Untung bagi saya, ternyata surveyor saya bersedia membantu saya untuk memperbaiki motor itu, mungkin dia iba dengan nasib saya dan diapun bersedia untuk over kredit.
Beberapa minggu kemudian Surveyor menelpon saya dia menceritrakan sesuatu yang membuat hati saya sangat berguncang. Dia mengatakan sewaktu motor itu di taruh di garasi rumahnya, ibunya sering mendengar seorang wanita menangis. Ketika di datangi, ibunya melihat seorang wanita sedang duduk menangis di samping motor itu.
“Apakah wanita yang menangis itu susi, bukankah dia sudah tiada?”.
Setelah itu motor pun ditaruh di rumah saya, kebetulan di samping rumah saya ada majelis taklim. Kejadian yang sama pun terulang kembali, Ketika melewati rumah saya banyak orang yang melihat ada seorang wanita duduk di samping motor sambil menangis.
“Tapi mengapa saya tidak pernah melihatnya, apakah susi marah kepada saya?”.
Saya pandangi motor itu, saya masih ingat ketika pertama kali membonceng susi. Dia terlihat sangat bahagia sekali. Lalu tiba-tiba bayangan kecelakaan itu muncul kembali dalam pikiran saya. Air mataku pun jatuh tak tertahankan lagi.
Dalam hati saya berkata “Maafkan aku sayang, aku tak bisa menyelamatkanmu, aku pun tak ingin seperti ini tapi semua ini sudah menjadi takdir kita, takdir cinta kita. Tenanglah kamu di sana, di sini aku selalu mendoakanmu agar kau bahagia disana”.
Lalu bagaimana dengan motor itu sekarang? Setelah surveyor membawa motor itu kembali ke lissing. Apakah masih susi menangis di motor itu?
seperti yang di ceritakan seorang kawan kepada saya.....