Mengapa saya harus Menulis lagi


Akhirnya saya menulis lagi setelah begitu lama vakum dalam dunia penulisan yang telah membesarkan nama saya. Kesibukan saya yang begitu padat dan membutuhkan perhatian BESAR menjadi kambing hitam atas vakumnya seorang penulis yang telah membuat ribuan cerpen, novel, artikel, naskah, puisi, sajak, pidato-pidato dan naskah ceramah . Sebenarnya banyak kejadian dan peristiwa yang begitu menginspirasi saya untuk menulis lagi.  Mulai dari peristiwa teraktual dari politik, ekonomi, roman, kriminal sampai menulis tentang ramalan masa depan. Namun karena kesibukan semua itu hanya lewat di kepala saya tampa mampu saya tuangkan ke dalam tulisan. Sampai akhirnya suatu peristiwa BESAR menyadarkan saya dimana seharusnya saya berpijak. Peristiwa yang seakan mengatakan kepada saya, disinilah dunia saya.         

Semenjak peristiwa itu saya bertanya kepada diri saya mengapa saya harus menulis lagi? Kenapa tidak jadi artis, penyanyi atau host saja yang tentunya lebih banyak menawarkan materi berlimpah. Kenapa harus menulis yang tidak bisa di jadikan ladang untuk bercocok tanam. Memang benar banyak penulis yang menjadi kaya karena menulis. Seperti J.K. rowling penulis novel paling laris di dunia “Harry Porter” atau seperti penulis lokal Andrea Hirata dengan novel fenomenalnya laskar pelangi yang menghasilkan pundi-pundi materi yang berlimpah. Tapi bukan berarti setiap penulis itu selalu sukses. Banyak juga penulis di luar sana yang sudah beralih profesi jadi penulis atau penulis cuma dijadikan pekerjaan sampingan karena mereka sadar kalau pekerjaan penulis belum bisa dijadikan pekerjaan tetap. Karena apa yang kita tulis belum tentu selalu sukses dan disukai oleh pembaca. Salah satu contoh adalah saya sudah berapa banyak tulisan yang saya kirim ke penerbit atau surat kabar yang dikembalikan lagi karena tidak sesuai dengan standar merka atau tidak cocok dengan zamannya.      

Kembali lagi kenapa saya harus menulis lagi. Banyak orang di bumi ini atau sebagian orang yang tidak bisa mengungkapkan perasaan mereka dan memendamnya didalam pikirannya sehingga menjadi penyakit yang tampa mereka sadari sudah tumbuh didalam tubuh mereka. Banyak dari  mereka yang malu atau memang tidak tahu kepada siapa mencurahkan isi hati mereka. Menulis tentang peristiwa yang kita alami menurut seorang Professor yang tidak mau disebutkan namanya secara tidak langsung bisa meringankan beban masalah yang telah menghimpit pikiran seseorang. Menulis adalah sebuah kebahagiaan yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata apalagi bila tulisan kita di sukai banyak orang. Makanya satu dasawarsa ini begitu banyak orang yang menulis apa yang mereka alami atau rasakan di media social seperti Facebook, twitter, atau path walaupun isi kontennya sedikit. 

Bagi saya menulis adalah mencurahkan pikiran yang tidak sempat diucapkan dengan kata-kata. Setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari baik itu sedih atau gembira adalah sebuah inspirasi tampa batas untuk saya jadikan ide tulisan. Disuka atau tidak disuka tulisan kita oleh pembaca adalah persoalan belakangan yang terpenting adalah bagaimana tulisan kita bisa memuaskan kita dulu. Kabanyakan para penulis pemula berhenti menulis karena mereka merasa tulisan mereka tidak disukai oleh pembaca. Padahal untuk menghasilkan tulisan yang disukai oleh pembaca butuh proses belajar yang panjang sampai pada akhirnya tulisan kita bisa diterima oleh masyarakat.

Mengapa saya harus menulis lagi karena saya merasa ini adalah sebuah panggilan. Walaupun saya sudah menutup kedua telinga saya kuat-kuat tetap saja panggilan untuk menjadi penulis akan terus menggaung-gaung di kepala saya. Karena Penulis adalah sebuah indetitas selain KTP dan SIM hehehe.  Syukur-syukur tulisan saya bisa diterima oleh masyarakat dan bermanfaat bagi mereka.

Akhirnya inilah babak baru dari tulisan saya. Semoga tulisan ini dan tulisan-tulisan selanjutnya dapat menghibur anda,


Share on :
Comments
0 Comments