"Coba Engkong masukkan sebuah batu ke dalam gelas yang berisi air ini. Apa yang akan terjadi?"
"Audah, mending salin baju nyok, trus kita berenang" jawab engkong nepsong.
"Mungkin engkong melihat ada gejolak air di sana. Atau sebagian dari air dalam gelas tadi akan tumpah."
"iya kali" jawab engkong rada males tapi penasaran juga melihat wanita itu memasukan batu di dalam gelas.
"Sekarang coba lemparkan batu yang sama ke dalam danau. Besar kemungkinan tidak ada riak lagi yang kelihatan. Batu akan dengan cepat menghilang ke dasar danau. Bahkan jika batu yang lebih besar dijatuhkan, mungkin ada riak sebentar dan setelah itu tenang kembali."
Air di dalam gelas atau di sebuah danau ibarat hati manusia. Sedangkan batu yang dijatuhkan ibarat semua persoalan yang dihadapinya. Jika wadahnya kecil maka persoalan kecil sekalipun menjadi berat, banyak guncangan di dalamnya. Sedangkan jika wadahnya semakin luas dan dalam, maka persoalan yang berat sekalipun bisa dijalani dengan ringan.
Karena itu wahai Saudaraku, mari perluas wadah kita. Tak cukup hanya seluas danau, kalau perlu seluas samudera. Lihatlah permukaannya yang tenang meskipun di dalamnya dia menyimpan segala rahasia.
Persoalan yang kita hadapi telah ditentukan kadarnya oleh Allah Ta’ala. Tinggal wadah hati kitalah yang akan menentukan apakah persoalan tadi menjadi terasa berat atau bisa dijalani dengan ringan. Kita menjadi berprasangka buruk karena merasa persoalan selalu datang menimpa, sedangkan orang lain hidupnya tenang-tenang saja. Karenanya jangan heran jika engkau terus menerus merasa berat dengan segala persoalan, mungkin wadahnya perlu diperluas, sekaligus diperkokoh.
Jadikan hatimu seluas samudera. Apapun yang datang akan diterima dan ditenggelamkannya dengan tenang. Dengan demikian, persoalan apapun yang hadir bisa dihadapi dengan sebuah senyuman, seperti menyambut tamu yang dinantikan kedatangannya.
"Jadi maksud eneng, ngajak engkong ke danau cuma mau ngomong gitu doang"
"iya"
"huff" karena kecewa engkongpun menyeburkan dirinya ke danau...
Bukan main kagetnya engkong ketika membuka matanya, melihat dirinya menjadi tontonan warga. Apalagi celana engkong ketahuan basah kuyup.
"Habis ngimpi basah kong" sindir salah satu warga
"hehehe :D" engkong cuma bisa nyegir.
"Masih bisa emang?" sindir warga lainnya. Engkong yang sudah terlanjur malu enggak bisa berkata-kata lagi. Dia hanya diam membisu. Kalau bisa nangis, nangis nih! kata engkong dalam hati.
Setelah peristiwa memalukan itu engkong menutup diri dari pergaulan warga. Bahkan beberapa tahun kemudian engkong meninggalkam kampung halamannya karena tidak sanggup menanggung malu. Sampai berita ini di turunkan engkong belum juga mendapatkan tempat tinggal karena setiap tempat yang didatanginya sudah mengetahui backgroundnya. Cerita engkong sudah menyebar kemana-kemana bahkan sudah menjadi isu nasional. Di koran dan televisi bahkan di situs jaring sosial engkong menjadi topik yang tak henti-hentinya di bahas. Engkong sudah kehilangan muka.
Tolong bagi anda yang bertemu dengan engkong tolong katakan kepadanya, kalau kampung kami merindukan dia.
Sedangkan fajar sekarang sudah hidup enak. Dia sudah menjadi seorang pengusaha yang sukses. Berkat pertenakan lelenya dia sekarang menjadi orang terkaya di kampungnya.
~Sekian~