Aku dengan gayaku kamu dengan gayamu

Baru-baru ini aku menghadiri perkawinan seorang kawan di daerah kebun jeruk. Dengan berpakaian kemeja, jins dan sandal semi jepit. Aku terlihat paling sederhana diantara teman-temanku yang terlihat style dengan sepatunya dan sandal kulit mereka. Padahal kalau aku mau, aku bisa saja memakai sepatu biar terlihat rapi. Semua teman-teman ku juga sebenarnya tahu kalau aku tidak pernah keliatan rapi walau pun itu acara perkawinan. Padahal sudah sering mereka menegurku agar terlihat lebih rapi dengan memakai sepatu. Tapi ini masalah kenyamanan, aku sangat tidak kompatibel dengan memakai sepatu. Namun entah kenapa kali ini teguran mereka sangat mengena dan aku merasa sangat terpojok dengan pandangan mereka yang melihatku dari atas ke bawah. Temanku sekarang seperti Dosen waktu aku kuliah yang menyuruh semua mahasiswanya wajib memakai sepatu. Kalau tidak memakai sepatu , tidak boleh ikut kuliah sang dosen. Padahal sepatu tidak menentukan pintar atau tidaknya seorang mahasiswa.

"Nggak sopan tau kalau datang ke acara pernikahan tidak memakai sepatu".
"Lo masih berdandan slengean aja".

Aku bersyukur mereka masih memperhatikan aku, tapi bukankah setiap manusia adalah orang yang berbeda. Manusia tidak mempunyai hak untuk memaksakan kehendak kepada manusia lainnya. Selama busana yang kita gunakan tidak melanggar syariah agama, sopan maka tidak ada alasan untuk siapa pun mendikte orang lain dalam berbusana. Setiap orang punya gaya sendiri dalam berbusana. Aku dengan gayaku kamu dengan gayamu, begitu menurutku. Lagipula memang saat itu aku tidak bisa memakai sepatu, sebab sepatuku sudah manga, minta di ganti. Bukannya nanti keren yang ku dapat malah malu yang ku terima. :D

Pernikahan budi 29 juni 2009

Share on :
Comments
0 Comments