Saya mempunyai sebuah kisah yang menarik yang saya kutip dari tulisan Ir.Andy Muzaki, SH, MT tentang bagaimana kita menjalani hidup yang pahit ini agar terasa menyenangkan dan menggembirakan. Sampaikanlah pada teman-teman yang lain, yang saat ini sedang sedih, sedang putus asa, sedang patah hati, sedang dalam kesusahan, yang lagi butuh pertolongan, butuh pinjaman dana untuk usaha, butuh pasangan hidup, siap nikah, usia antara 20-28th, pengertian, sayang keluarga, kalau bisa mapan. :D
Suatu ketika hiduplah seorang tua yang sangat bijak. Sebutlah namanya Hamdan. Orang-orang memanggilnya Kong Hamdan. Pada suatu pagi yang cerah disaat tidur kita masih terlelap datanglah seorang anak muda yang sedang mengalami problematika kehidupan. Seperti : belum mendapatkan pekerjaan alias pengangguran, belum menikah alias jomblo, belum punya rumah tinggal alias tunawisma. Namanya Fajar, sekilas laki-laki ini sama seperti pemuda lainnya namun jika anda amati lebih dekat maka anda akan melihat begitu banyak jerawat dan komodo di wajahnya. Langkah pemuda itu gontai tak terarah. Air mukanya keruh, wajahnya yang jelek semakin menjadi terlihat jelek. Fajar memang tampak seperti pemuda yang jarang bahagia kecuali kalau lebaran aja.
Tanpa buang waktu akan kami hadirkan dialog antara kong hamdan dan fajar yang tentunya akan banyak menguras emosi dan air mata para pembaca.
Dengan diringi air mata yang bercucuran, Fajar menceritakan semuanya kepada Kong Hamdan. Mulai dari masa kecil sampai dia seperti sekarang ini. Makanya tidak heran mulut fajar berbusa-busa karena banyak sekali yang di ceritakannya. Hingga tidak terasa matahari sudah diatas kepala, namun fajar belum juga menyelesaikan ceritanya. Sementara Kong Hamdan hanya mendengarkan dengan seksama sambil sesekali berganti posisi tempat duduk. Kadang dia berada disamping fajar, kadang duduk di belakangnya, namun tidak jarang kong hamdan duduk membelakangi fajar. Kong Hamdan juga sempat ketiduran mendengarkan cerita fajar.
Akhirnya penantian panjang Kong Hamdan berakhir sudah, disenja sore yang indah itu fajar telah menyelesaikan ceritanya. Mata si engkong terlihat sudah merah-merah, bukan lantaran banyak menangis mendengar cerita si fajar tapi karena dia sudah sangat mengantuk dan bete mendengar cerita si fajar. Tanpa basa basi kong hamdan mengambil sesendok garam dan segelas air. Ditaburkannya garam itu di dalam gelas, lalu diaduknya perlahan-lahan.
"Coba minum ini, dan katakan bagaimana rasanya." Ujar kong Hamdan
"Saya lagi puasa Kong, Kalau saya minum itu nanti batal dong."
"Hmm, kalau begitu coba kamu cicipin pakai jari saja. itukan tidak membatalkan puasa"
"Pahit, pahit sekali dan asin" jawab fajar terus meludah ke muka kakek itu yang kebetulan persis diwajahnya.
"Maaf, maaf kong abis pahit banget"
Kong hamdan hanya tersenyum, rasanya pengen nampar fajar cuma masih ditahan takut kehilangan simpati dari para pembaca.
"jar, mari ikut engkong ke empang samping"
"ngapain kong kesana,emang ada apa disana, sudah disini saja. Fajar takut timbul fitnah kalau kita ketahuan berduaan disana"
"ngemeng apa sih loe jar, emang loe kira engkong laki-laki apaan?"
"maaf kong, abis engkong ada-ada saja tiba-tiba ngajak main ke empang"
"jangan negatif thinking dong"
"saya kan jaga-jaga kong, siapa tahu engkong khilaf"
"huff, capedeh"
Mereka pun berdua berangkat menuju empang yang kebetulan tidak jauh dari rumah kong hamdan. Dengan langkah gontai dua laki-laki yang beda usia itu berjalan menyusuri empang yang terkenal angker itu. setelah menemukan tempat yang cocok dibawah pohon pisang kong hamdan menggelar tiker. ditaruhnya lantang, termos dan gorengan yang sudah ditaruh di atas nampan.
"kong kita pulang yuk, fajar takut nih. Kayanya fajar merasa ada yang mengawasi kita"
"Itu hanya perasaan kamu saja jar, engkong merasa baik-baik saja"
"bulu kuduk saya merinding nih kong, Tatut"
"apa loe bilang, kentut"
"Jar, kalau ente percaya adanya Allah insyaAllah perasaan takut itu juga akan hilang"
"Kalau engkong gak takut kenapa duduknya jadi mendekat ke saya?"
"tadi engkong melihat bayangan dibelakang kamu.."
si fajar yang ketakutan langsung melompat ke pelukan si engkong, si engkong gak siap menahan beban si fajar seketika itu juga pingsan, mungkin karena merasa kaget dan tidak kuat menahan beban si fajar. Si Fajar yang melihat engkong pingsan makin ketakutan dan tanpa pikir panjang langsung mengambil langkah seribu meninggalkan engkong seorang diri..
bersambung..... (nggak tau kpn nyambungnya :D)