Tadi di harco mangga
dua Allah menuliskan takdirnya untuk mempertemukan saya dengan seorang
bidadari. Bidadari ini mungkin berbeda dengan bidadari yang kalian pikirkan
selama ini yang cantik, putih, tinggi dan sempurna menurut kalian. Tapi
Bidadari yang kutemui ini justru tidak mempunyai kreteria yang seperti
biasanya. Dia tidak cantik, dia juga tidak putih tapi sebaliknya dia mempunyai
kekurangan yang mungkin membuat hati kita miris. Allah menuliskan takdir atas wanita itu
dengan kepala miring ke kanan. Ketika itu saya seperti di sadarkan jika selama
ini saya selalu mencari pendamping yang sempurna tanpa melihat bahwa ada yang
tidak sempurna di dunia ini. Mampukah saya mencintai seseorang yang tidak
sempurna dengan cara yang sempurna seperti saya mencintai seseorang yang
sempurna. Bisakah saya ikhlas jika ditakdirkan atas saya seorang jodoh yang
tidak sempurna secara fisik.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik- baiknya.” (At Tin : 5)
Jika cinta itu bisa
mendekatkan kita kepada Allah bukankah tidak penting pendamping kita itu
sempurna atau tidak sempurna. Bukankah kita selama ini selalu bilang saya
mencintai si fulan karena Allah. Tapi mengapa kita selalu mencari pasangan yang
sempurna. Lalu dimanakah jodoh untuk orang yang ditakdirkan tidak sempurna.
Pernahkah kita berpikir
tentang mereka yang tidak sempurna bertanya siapa kelak yang akan menjadi
pasangan hidupnya. Apakah ada seseorang yang sempurna bisa mencintai mereka
dengan cara yang sempurna. Ataukah mereka cuma bisa berpikir pendamping mereka
kelak mungkin orang yang sama seperti mereka juga. Hujanpun akan menangis
mendengarkan mereka.
Mampukah saya atau
kalian memilih orang yang tidak sempurna untuk dijadikan pendamping hidup tanpa
melihat seseorang dari kesempurnaan secara fisik. Saya harap jika kalian nanti
memilih orang yang tidak sempurna itu bukan karena takdir tapi karena kalianlah
yang memilih takdir kalian sendiri untuk memilih pasangan yang tidak sempurna
untuk menyempurnakan cinta kalian kepada Allah.
Wallahualam bish shawab...
“Boleh jadi kamu membenci
sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak
mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)