Mengukur Kecantikan Seorang Wanita

Kecantikan seorang wanita bukanlah selalu diukur dari keindahan fisiknya walaupun terkadang dominan tapi bukan berarti mutlak.

Persiapan Menyambut Bulan Suci Ramadhan Bersama Para Bidadari Kos

Tidak terasa sampai juga kita di bulan Suci Ramadhan. Bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Bulan dimana setiap pahala dilipatgandakan, bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim diseluruh dunia karena keutamaan-keutamaanya yang menyertainya.

Tips Mendapatkan Jodoh Pada Saat Salat Tarawih

Mungkin selama ini anda tidak menyadarinya adanya peluang untuk mendapatkan jodoh pada saat salat tarawih sebelum saya memberitahukannya kepada anda lewat tulisan ini.

Menjadi Kaya Dengan Sedekah

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat.

Tips dan Trik Untuk Orang Yang Sedang Patah Hati

Tidak ada penyakit di dunia ini yang tidak ada obatnya.

Bambang Surambang Si Mr. Lebey






Cerita ini berawal dari perjumpaan saya dengan kawan lama saya yang sudah sangat lamaaaaaaaaaaaa sekali tidak bertemu. Padahal waktu itu saya sudah bersembunyi untuk menghindarinya tapi nahas bagi saya dia menangkap basah saya sedang bersembunyi di balik pintu. Saya akui dia mempunyai mata yang lebih tajam untuk melihat, hidung yang lebih megah untuk mengendus, kaki yang lebih kuat untuk melangkah, Leher yang lebih panjang dari orang kebanyakan dan hati yang lebih kuat dalam menerima setiap cobaan hidup.

Bambang Surambang !!!!!, kamu benarkan bambang pria yang ngaku paling tampan di SMA bukan !!!. Dari mulutnya meluncur begitu saja kata-kata yang membuat saya malu di depan khalayak ramai. Apalagi setelah itu semua mata tertuju kepada saya tanpa mampu saya bendung. Dengan ketenangan bak David Beckham saya jawab semua pertanyaan dengan lugas dan terpecaya.

hahahaha dia tertawa begitu keras hingga memekikan telingaku. Pengen aku tampar nih orang tapi karena janjiku 10 tahun yang lalu kurungkan niatku. 10 tahun yang lalu aku pernah berjanji untuk menjaganya, merawatnya, mengasihinya dan mencintainya. Ya dia adalah mantanku namanya Nita. Perempuan yang pertama mengisi relung-relung hatiku. Perempuan paling cantik di kelasku. Perempuan yang dulu aku kenal amat pendiam namun berubah setelah peristiwa itu. Peristiwa yang mengubah jalan hidup kami berdua. Peristiwa yang jarang terjadi pada perempuan lain. Aku ingat waktu itu dia dengan air mata yang beruirai-urai mengatakan semuanya padaku. Tidak henti-hentinya aku mengusap air matanya dengan handuk, kain pel, bahkan kanebo pun tidak mampu membendung air matanya yang jatuh begitu deras tidak terhingga. "sudahlah, jangan lagi kau tangisi nit, ini mungkin sudah takdir" kataku menguatkannya, tapi bukannya malah reda tangisnya malah makin menjadi-jadi. Semenjak itu diapun mulai menjauhiku. Bila suatu ketika berpapasan di buang mukanya. Peristiwa itu ternyata telah menorehkan luka yang dalam. Tidak lama setelah itu kudengar dia pindah sekolah tidak jauh dari sekolah kami yang jaraknya kurang lebih 10 meter. Kepindahannya menjadi gunjingan dimana-mana. Ada yang menghubungkan dengan aku, ada yang bilang dia kena guna-guna sekolah tetangga, ada juga yang bilang dia naik kelas secara ekonomi karena kami akui bahwa sekolah tetangga lebih baik segala-galanya dari sekolah kami. Beberapa bulan kemudiapun banyak teman-temanku yang bilang kalau nita sekarang sudah mempunyai seorang pacar yang memang benar-benar diakui ketampanannya. hehehe

WOIIIIII.. suara nita membangunkanku dari kenangan 10 tahun yang lalu. kenapa tiba-tiba jadi bengong bang? Gue kan lagi ceritain masa lalu kita ke pembaca blog bambangsurambang, supaya mereka tau bagaimana kisah cinta kita yang begitu dramatis. Ohwwww begitu kata nita dengan sok imut.

Mendengar kekasihnya yang sudah punya tambatan lain, hati pria mana yang tidak merana. Apalagi pria itu diakui lebih tampan dan kaya raya. Makan tempe rasanya tidak enak, Tidur dikasur gak bisa nyenyak. Disekolahpun jadi murung, pendiam dan labil. Beberapa temankupun mencoba menghiburku. Ada yang mencarikan wanita pengganti nita, ada yang mengajak nonton konser Rhoma Irama, ada juga yang mengajak ke taman lawang.
"Tempat apaan nih?" kataku. 
"Taman lawang" kata temanku seolah-olah tidak berdosa. 
"Ngapain kita kesini?" kataku sedikit curiga. 
"Cari hiburanlah" kata temanku enteng
"Cari hiburan????, inimah cari penyakit. Sudahlah ayo kita pulang" kataku
"Tapi kan kita baru sampe bang" kata temanku sedikit kecewa.
Untung tidak dapat di raih, Rugi tidak dapat di tolak ketika aku dan temanku sedang menunggu bis tiba-tiba mobil di depan kami berhenti secara mengejutkan. Dan ketika jendela di buka terlihat sosok yang selama ini begitu aku rindukan. Siapakah dia?
Jono !
bukan
Parjo !
bukan
Susmoro !!
bukan
Tince !!
hampir bener.
Yance !!
salah.
Trus capa dong bang ?

aku kasih kisi-kisinya..dia itu adalah pemeran utama wanita dalam sandirawa ini.
hmmm.... Nita bukan ?
yups..yups..yups. benar

Nita bersama keluarganya ada dihadapan kami. Mereka memergoki kami sedang nongkrong di taman lawang. Batapa hinanya kami dihadapan mereka.
"Ini bukannya bambang sama zaenal yah, temen nita di sekolah lamanya" kata ibunya nita memecahkan keheningan malam,
"Iya tante" jawab kami malu sambil tertunduk.
"lagi ngapain disini?" tanya ibunya nita
"lagi nunggu bis tante" jawab aku penuh dengan keyakinan
"Owh, klw begitu lebih baik kalian ikut kita, karena kebetulan kita juga mau pulang " kata ibunya nita
"Gak usah repot-repot tante, kami nanti naek angkot saja" kataku
"iya tante kita naek bajai aja" kata zaenal dengan pongahnya
"Gak apa-apa, ayo nita suruh temannya naik" kata ibunya
"Ayo bang, zen naik" kata nita yang tidak mau melihat mataku
akhirnya kitapun berdua naek mobil setelah terjadi perdebatan yang begitu sengit. Di dalam mobil suasana sudah penuh sesak. Mobil yang biasanya penuh untuk 7 orang sekarang sudah menjadi 9 orang. Akupun merelakan ketika zaenal memangkuku. Sungguh sial nasibku. sudah tertangkap basah di taman lawang, sekarang di pangku di dalam mobil. hiks..hiks..hiks.

Bambang sama zaenal ngapain di taman lawang tanya ibunya nita.
Pertanyaan yang sungguh sangat menyudutkan kami. aku tahu sejak dari awal ibunya nita tidak merestui hubunganku dengan nita karena menurut ibunya aku ini tidak tampan. tapi bukan begini caranya untuk menjatuhkan aku dihadapan nita.
."Nyari abangnya zaenal  tante" kataku. 
zaenal yang terkejut abangnya di sebut-sebut tidak bisa membantah karena mulutnya keburu kusempul
"Loh emangnya abangnya zaenal kerja apa?" tanya bapaknya nita
"Dia waria pak" jawabku.
Zaenal yang mendengarnya hanya menangis dan tak bisa berkata-kata lagi sementara semua keluarga nita begitu kaget mendengarnya.
"Benar itu zaenal, abangmu seorang waria?" tanya bapaknya nita
cukup lama zainal terdiam,sampai akhirnya nita memecahkan keheningan."
"beneran Zen?" Zaenal yang mengira nita akan mengalihkan pembicaraan ternyata malah menyudutkan dia.
karena aku merasa kasihan akhirnya aku mengatakan kalau  aku bercanda. Zainalpun merasa terselamatkan
trus ngapain kalian ke sini? kata bapaknya nita
nah lo kataku dalam hati.
"kami ke sini lagi cari angin om" berusaha menyelamatkan diri
jauh banget cari angin di sini dan emang harus di taman lawang yah?... kata-kata bapaknya nita benar-benar menyudutkan kami. terlihat dendam yang begitu menyala-nyala di matanya. aku yang merasa terpojok berusaha tenang dan berpikir jernih. "Memang cari angin di mana sama saja om, tapi saya lebih senang angin di sini karena banyak pepohonan". "Tapikan di sini tempat yang kurang baik dan banyak warianya" kata bapaknya yang coba mendesak ku ke jantung pertahananku. Jangankan di sini om, di tempat yang baikpun belum tentu baik, tergantung kita bagaimana menyikapinya. Kalau sekarang mungkin mereka seorang waria belum tentu ke depannya mereka tetap menjadi waria bisa jadi mereka akan menjadi lebih baik dari kita. kataku mantap yang membuat kagum seluruh isi mobil tak terkecuali mantanku nita... hehehe. Setelah beberapa lama kemudia kami di turunkan ke jalan, bukannya makin dekat rumah malah semakin jauh dari rumah kami karena keluarga nita memang mau ke luar kota.. hadoooh kenapa tidak bilang dari tadi, kalau kalian mau keluar kota. kataku gondok.sedangkan jam sudah menunjukan pukul jam 12 malam dan kami tidak mengetahui sedang berada di mana.

Bersambung....

ISTRI MUDA


Melihat judul diatas pasti anda menebak saya ikut poligami !!!! iya kan? bener kan? Padahal sebenarnya bukan, walaupun pengen..hehehe. Teman saya bilang "Jangan nilai buku hanya dari sampulnya, karena kalau sampulnya hilang bukunya jadi tidak bernilai". Budayakan membaca sampai tuntas, jangan langsung main tuduh, menyimpulkan bahkan menghasut walaupun baru membaca saja kalian sudah gerah. Keringat membanjiri tubuh. Jantung berdebar-debar. Kepala berkunang-kunang. Perut Mules. Kaki dan tangan gemeteran. 

Kenapa saya memilih judul "Istri Muda" ?
Terserah saya dong. Tulisan, tulisan saya, kenapa situ jadi emosi. Masalah buat loe?
Kenapa saya memilih judul "Istri Muda" bukan tanpa sebab, prosesnya panjaaaaaaang dan sudah saya pertimbangkan matang-matang. Bahkan saya sudah meminta saran dari para ahli. Baik dari ahli tata bahasa, ahli tata buku sampai ahli tata boga dan mereka menyimpulkan kalau tulisan ini kurang bermanfaaat bagi kalian. hehe. 

Sebenarnya ada banyak alternatif judul lain selain "Istri Muda" seperti "Bini Muda", Mamah Muda", "Daun Muda" sampai "Darah Muda" masuk nominasi tapi setelah saya pikirkan semuanya kurang mewakili rasa kebinekaan dan bisa menghadirkan kegaduhan di masyarakat. Sampai pada akhirnya di malam yang dingin dan hujan rintik-rintik, sambil ngopi dan meluk bini saya putuskan kalau judul "ISTRI MUDA" yang paling pas dan tepat dan sangat mewakili kebinekaan yang sudah di dengungkan oleh Bapak Presiden. 

Nikmatnya punya Istri Muda
Beberapa dari kalian pasti mengecam sub judul diatas. Ya saya mengerti, tapi bukan cuma saya yang harus mengerti kalian tapi juga kalian harus mengerti saya. Mempunyai istri muda itu banyak enaknya. Banyak untungnya. Selain badannya yang masih seger. Bodinya dan kulitnya juga masih kenceng dan pulen. Nasi kali pulen...hehehe.  Mau di bawa kemana aja enak, diajak naik gunung masih kuat nanjak, diajak lari masih bisa ngebut, diajak tidur bisa bikin kita ngompol... Hehehe.

Beda sama istri tua. Kalau di ibaratkan motor. bautnya udeh pada kendor. diajak nanjak dia mogok, diajak ketempat dingin malah mengkerut, diajak kondangan kebanyakan dempul dan akhirnya gak diajak-ajak. hehehe. Selain itu mempunyai istri muda membuat kita merasa jadi lebih muda walaupun memang muka kita gak bisa diajak bohong.haha

Kekurangan Istri Muda
Diantara Kelebihan punya istri muda pasti ada juga kekurangannya. Kadang dia bertingkah seperti alay. Sedikit tengil dan kekanak-kanakan.  Apalagi kalau anda menikah dengan wanita yang masih sekolah. Bukannya melakukan pekerjaan rumah tangga malah melakukan pekerjaan sekolah.

Selain itu istri yang jauh lebih muda usianya dari kita emosinya cenderung masih labil apalagi ekonominya. Mudah baper, mudah ngambek dan mudah marah. Sabar-sabarlah dalam menghadapi mereka.

Tips buat anda yang mencari istri muda
Carilah istri yang umurnya tidak terlalu jauh beda. Minimal rentang usianya 10 tahun. Jangan terlalu jauh. Jika anda berumur 30 cari yang 20 ke atas. Jika umur 40 tahun cari yang 20-30 ke atas. Jika anda umurnya 50-60 cari yang 30-40 ke atas. Tapi jika anda gak ada umur carilah TPU. hehehe


Ikut Aturan Aje


Jatuh dan bangun sebuah kehidupan adalah suatu Sunatulloh.  Tidak ada manusia yang selalu bahagia. Tidak ada manusia yang selalu sedih. Tidak ada. Yang ada kalau sekarang seneng, besoknya mungkin masih..... seneng. Lusanya bisa jadi masih.... seneng, tetapi kadar kesenangannya mungkin makin berkurang dan akhirnya kitapun menangis karena masa seneng sudah habis dan saatnya mengisi kembali pulsa kesenangan kita.

Orang-orang yang sok tau selalu bilang "Dunia itu selalu berputar, kadang kita di atas kadang kita di bawah" bener juga sih, tapi apa kita gak bosen dengernya. Apalagi maaf-maaf kata nih, kita lagi musibah, di pecat dari kerjaan, di kejar-kejar kolektor, belum bayar kontrakan terus kita inisatif datang ke rumah teman kita untuk minta pencerahan. Setelah ngomong panjang lebar mulai dari urusan kecil sampai nyerempat masalah rumah tangga, gosip selebriti sampai politik, dari kata-kata mutiara sampai kata-kata kotor semua sudah meluncur dari kedua bibir kita tibalah saatnya kita mendengarkan quote yang emang sudah kita tunggu-tunggu "Dunia itu selalu berputar, kadang kita di atas kadang kita di bawah". Setelah semua pembicaraan yang begitu berbobot, penuh kiasan, perang lidah, sikut sana sikut sini akhirnya berakhir dengan anti klimaks. Kitapun pulang dengan tangan hampa, terbesit untuk mengakhiri hidup, terbesit untuk merampok, terbesit pikiran kotor sampai akhirnya kita cuma bisa nangis dirumah

Dunia yang selalu berputar-putar membuat kepala kita berputar-putar. Salahnya kebanyakan orang jika menemui masalah selalu melihat ke atas. Umpamanya lagi gak punya duit buat bayar kontrakan, dilihatlah tetangganya yang sudah punya rumah, punya mobil, istri cakep, pembokat bening terus dibandingin sama dia, yang rumahnya udeh kaya gang, cuma muat 1 motor, apalagi dilihat bininya udeh kalah pamor sama pembokat tetangganya, akibatnya makin pusing pala berbie. Padahal apa yang dia lihat dari tetangganya belum tentu seendah kenyataannya. Bisa jadi tetangganya itu lagi pusing mikirin pembokanyat.... hahaha.

Mungkin anda belum pernah dengar kalau dunia ini sebuah sandiwara. Semuanya sudah diatur sama sutradaranya yaitu Allah. Kita ketiban rejeki, ketiban musibah, ketiban tai cicek semuanya sudah ada dan tertulis di buku besar kita. Si Fulan hari ini dapat rejeki dari si A, Si Fulan besok dapat musibah, si Fulan yang ini yang itu semua sudah ada. Jadi tinggal bagaimana kita. Sampai sini mungkin kalian sudah paham atau makin pusing... hehehe.

Satu saja yang mau penulis bilang "Kita ikutin aje AturanNye, KetentuanNye, InsyaAllah kita bisa selamat dunia Akhirat." gitu aja repot.



CINA UDIK: Lari Dari Pembantaian, Hidup Dalam Ketakutan (Bagian 3 - Habis)



Masyarakat Cina Benteng di Panongan bukan satu-satunya yang harus tergantung pada jawara. Saudara mereka di Cengklong dan Kosambi, keduanya di Kota Tangerang, juga mengalamai nasib sama.

Jawara tidak setiap saat bisa menjaga mereka. Di saat-saat tertentu, ketika penjagaan kampung longgar, orang dari luar akan masuk; mencuri, merampok di siang bolong, atau sekadar membuat onar.

Cerita-cerita pemerkosaan di kampung selalu sampai ke telinga mereka, membuat mereka menjadi kerap merasa terancam. Mereka akan selalu mencurigai pendatang. Jika tak dikenal, mereka hanya mau menerima tamu di halaman rumah.

"Mereka menjadi sensitif. Hampir setiap rumah menutup pintu rapat-rapat setelah matahari terbenam."

Ari tahu semua itu saat dirinya menjadi Camat Panongan 2006/2006. Ia begitu merasakan bagaimana masyarakat Cina Benteng Panongan memandang dirinya. Ada semacam kecurigaan aparat akan meminta `uang jago' istilah untuk membayar jasa keamanan para jawara.

Bagi mereka yang tak memiliki banyak anak, sikap protektif diperlihatkan dengan menyekolahkan anak-anak mereka ke luar, dan setinggi mungkin. Banyak dari mereka berharap anak-anak mereka mampu hidup di luar dengan layak, dan tidak lagi berada di lingkungan tak aman.

Yang juga lebih menarik adalah tidak terjadi perkawinan campur di desa-desa masyarakat Cina Benteng di Panongan, karena mereka tidak berbaur dalam satu permukiman dengan pribumi. Masyarakat pribumi datang ke tempat mereka hanya untuk membeli hasil panen, dan komoditas tertentu. Tidak ada yang menetap dan beranak pinak.

Kontak dengan pribumi relatif hanya dilakukan di pasar, atau di tempat-tempat tertentu, saat terjadi transaksi. Inilah yang membuat mereka menguasai bahasa melayu, alat komunikasi paling banyak digunakan orang Tionghoa semasa Kolonial Belanda.

Satu hal lagi, masyarakat Cina Benteng di Panongan tidak mengenal `pernyaian', seperti saudara mereka di Teluk Naga, Mauk, dan kawasan pesisir Pantai Tangerang lainnya. Kemiskinan, dan status sosial yang rendah dibanding masyarakat Tionghoa lainnya di Tangerang, membuat mereka tak mungkin memiliki ca-bau, wanita pribumi simpanan.

Mereka tak tersinggung disebut Cina Udik, dan tak menyesal dianggap rendahan, karena mereka yakin nenek moyang mereka mengajarkan pentingnya menjaga keaslian genetis. sumber : republika

CINA UDIK: Lari Dari Pembantaian, Hidup Dalam Ketakutan (Bagian 2)





Di Kesultanan Banten, Cina pelarian ini dilindungi Sultan Haji. Dimukimkan di wilayah-wilayah tanpa penduduk, dan diberi kebebasan membangun permukiman, mengolah lahan, dan membangun persawahan. Hampir tidak ada panetrasi aparat kesultanan.

Mereka yang tiba di Panongan mendapat perlindungan sepenuhnya dari prajurit Kesultanan Banten, yang biasa datang ke wilayah itu untuk melakukan pengintaian.
Panongan berasal dari noong, kata dalam bahasa Sunda yang artinya intai. Panongan berarti tempat pengintaian. Letak desa ini secara ekstrem jauh lebih tinggi, dari wilayah lain. Dari Panongan, prajurit Banten bisa mengontrol garis dan zona demarkasi, dan melihat pergerakan tentara VOC di seberang Sungai Cisadane.

Tidak sulit membuktikan hal itu. Jika Anda berdiri di depan rumah Oen Tjun Kim, seluruh wilayah persawahan dan perumahan Citra Raya tampak jelas.
Terdapat dugaan rombongan pertama yang sampai ke Panongan masih satu marga,yaitu Oen. Sedangkan marga-marga lain, yang lari dari Sewan, Neglasari, Bogor, atau pindah dari Legok, adalah rombongan dari lain marga.

Kedatangan masyarakat Cina dari lain marga membuat tidak terjadinya incest, atau perkawinan satu marga. Masing-masing marga mengembangkan diri. Oen, Lim, Tan, Oey, dan puluhan lainnya, hidup berdampingsan, saling mengisi, dan melengkapi.

Permukim awal Panongan bercocok tanam dan beternak untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Hampir seluruh hasil panen, padi dan sayuran, serta ternak, dikonsumsi diantara mereka. Kalau pun ada yang didistribusikan keluar, relatif hanya untuk ditukar dengan garam dan gula.
Mereka membangun rumah-rumah pertama secara bergotong-royong, mulai dari menebang pohon, membuat balok-balok kayu, dan papan, sampai mendirikan rumah. Seiring perjalanan waktu, jumlah mereka berkembang biak. Para lelaki tetap tinggal di desa, mewarisi rumah leluhur, kaum perempuan dibawa suami keluar kampung.

Hidup Dalam Ketakutan
Ketika Banten melemah, dan akhirnya dikalahkan VOC, masyarakat Cina Udik di Panongan hidup tanpa perlindungan. Ancaman pencurian, perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan, menghantui mereka selama sekian puluh tahun.
Ari Novi tidak bisa mengidentifikasi sampai berapa lama suasana ini berlangsung. Ia hanya menemukan sejumlah bukti masih banyak rumah masyarakat Cina di Panongan, Tigaraksa, Legok, dan Curug, dilengkapi lubang perlindungan.

"Bunker terletak di bawah ranjang. Fungsinya untuk bersembunyi tatkala terjadi penyerbuan oleh perampok," kata Ari Novi.

Segalanya menjadi sangat rumit ketika mereka mulai keluar kampung untuk membawa hasil bumi akibat terjadinya kelebihan produksi. Terlebih, tatkala VOC kian mapan, kongsi dagang itu memberlakukan sistem mata uang untuk menarik semua masyarakat ke dalam ekonomi pasar.
Solusi bagi mereka adalah dengan menyewa jawara sebagai pengaman. Jawara menjamin keselamatan permukiman mereka, dan mengawal mereka sampai ke pasar. Poros niaga mereka adalah Pasar Curug dan Cikupa.

"Dua pasar itu menjadi besar karena menjual hasil bumi dan ternak dari sini," kata Budi RKG, pengamat Cina Benteng.

Jawara yang mencalonkan diri sebagai kepala desa akan selalu meminta dukungan, suara dan dana, dari masyarakat Cina. Situasi ini terlihat sampai tiga tahun lalu, ketika seorang calon kepala desa Ranca kelapa dalam kampanye terbuka di depan masyarakat Cina mengatakan jika dirinya terpilih tidak akan ada maling kerbau, maling gabah, dan padi dipanen sebelum waktunya.
Bahkan ada Lurah yang kaya raya karena menikmati uang perlindungan yang disetorkan Cina Benteng ke koceknya. Sang lurah adalah jawara, memiliki banyak anak buah, untuk mengamankan sekaligus mengintimidasi.

Namun, masyarakat Cina Benteng bukan tidak pernah berupaya membuat organisasi kemasyarakatan dan memilih pemimpin. Bukan tidak pernah pula mereka berupaya mengamankan diri sendiri. Upaya itu selalu digagalkan para jawara. 

(Bersambung)
[Baca Bagian III:  CINA UDIK: Lari Dari Pembantaian, Hidup Dalam Ketakutan]